Komponen Biaya/Anggaran
1.Komponen biaya langsung (Direct
Cost)
Biaya langsung atau direct cost
merupakan seluruh biaya permanen yang melekat pada hasil akhir konstruksi
sebuah proyek. Biaya langsung terdiri dari :
a)Biaya bahan/material
Merupakan harga bahan atau
material yang digunakan untuk proses pelaksanaan konstruksi, yang sudah
memasukan biaya angkutan, biaya loading dan unloading, biaya pengepakkan,
penyimpanan sementara di gudang, pemeriksaan kualitas dan asuransi
b)Upah Tenaga Kerja
Biaya yang dibayarkan kepada
pekerja/buruh dalam menyelesaikan suatu jenis pekerjaan sesuai dengan
keterampilan dan keahliannya.
c)Biaya Peralatan
Biaya yang diperlukan untuk
kegiatan sewa, pengangkutan, pemasangan alat, memindahkan, membongkar dan biaya
operasi, juga dapat dimasukkan upah dari operator mesin dan pembantunya.
2. Komponen biaya tidak langsung
(Indirect Cost)
Biaya tidak langsung atau
indirect cost adalah biaya yang tidak melekat pada hasil akhir konstruksi
sebuah proyek tapi merupakan nilai yang dipungut karena proses pelaksanaan
konstruksi proyek. Biaya tidak langsung terdiri dari :
a)Overhead umum
Overhead umum biasanya tidak
dapat segera dimasukkan ke suatu jenis pekerjaan dalam proyek itu, misalnya
sewa kantor, peralatan kantor dan alat tulis menulis, air, listrik, telepon,
asuransi, pajak, bunga uang, biaya-biaya notaris, biaya perjalanan dan
pembelian berbagai macam barang-barang kecil.
b)Overhead proyek
Overhead proyek ialah biaya yang
dapat dibebankan kepada proyek tetapi tidak dapat dibebankan kepada biaya
bahan-bahan, upah tenaga kerja atau biaya alat-alat seperti misalnya; asuransi,
telepon yang dipasang di proyek, pembelian tambahan dokumen kontrak pekerjaan,
pengukuran (survey), surat-surat ijin dan lain sebagainya. Jumlah overhead
dapat berkisar antara 12 sampai 30 %.
c)Profit
Merupakan keuntungan yang didapat
oleh pelaksana kegiatan proyek (kontraktor) sebagai nilai imbal jasa dalam
proses pengadaan proyek yang sudah dikerjakan. Secara umum keuntungan yang yang
diset oleh kontraktor dalam penawarannya berkisar antara 10 % sampai 12 % atau
bahkan lebih, tergantung dari keinginan kontrakor.
d)Pajak
Berbagai macam pajak seperti PPN,
PPh dan lainnya atas hasil operasi perusahaan.
Estimasi Biaya
Menurut Iman Soeharto (1997),
estimasi biaya proyek memegang peranan penting dalam penyelenggaraan proyek.
Pada tahap awal dipergunakan untuk mengetahui berapa besar biaya yang
dibutuhkan untuk membangun suatu proyek.
Beberapa metode estimasi biaya
menurut Soeharto (1997) adalah sebagai berikut :
1. Metode Parameter, ialah metode
yang mengaitkan biaya dengan karakteristik fisik tertentu dari obyek, misalnya
: luas, panjang, berat, volume dan sebagainya.
2. Memakai daftar indeks harga
dan informasi proyek terdahulu, yaitu dengan mencari angka perbandingan antara
harga pada suatu waktu (tahun tertentu) terhadap harga pada waktu (tahun) yang
digunakan sebagai dasar. Juga pemakaian data dari manual, hand book, katalog,
dan penerbitan berkala, amat membantu dalam memperkirakan biaya proyek.
3. Metode menganalisis
unsur-unsurnya (Elemental Cost Analysis), yaitu dengan cara menguraikan lingkup
proyek menjadi unsur-unsur menurut fungsinya.
4. Metode faktor, yaitu dengan
memakai asumsi bahwa terdapat angka korelasi diantara harga peralatan utama
dengan komponen-komponen yang terkait.
5. Quantity take-off, yaitu
dengan membuat perkiraan biaya dengan mengukur kuantitas komponen-komponen
proyek dari gambar, spesifikasi, dan perencanaan.
6. Metode harga satuan, yaitu
dengan memperkirakan biaya berdasarkan harga satuan, dilakukan bilamana angka
yang menunjukkan volume total pekerjaan belum dapat ditentukan dengan pasti,
tetapi biaya per unitnya (per meter persegi, per meter kubik) telah dapat
dihitung.
7. Memakai data dan informasi
proyek yang bersangkutan, yaitu metode yang memakai masukan dari proyek yang
sedang ditangani, sehingga angka-angka yang diperoleh mencerminkan keadaan yang
sesungguhnya.
Sehingga biasanya suatu proyek
dimulai dengan kebutuhan macam estimasi yang kurang terperinci dan selanjutnya
dapat dikelompokkan dalam urutannya, sebagai berikut :
1. Estimasi pendahuluan, dibuat
pada tahap awal proyek dalam rangka upaya pendekatan kelayakan ekonomi di
samping tujuan pengendalian pembiayaan.
2. Estimasi terperinci, dibuat
dengan dasar hitungan volume pekerjaan, biaya, serta harga satuan pekerjaan.
3. Estimasi definitif, merupakan
gambaran pembiayaan dan pertanggungjawaban rampung untuk suatu proyek dengan
hanya kemungkinan kecil terjadi kesalahan.
Penyusunan Anggaran Perusahaan
Di dalam penganggaran (budgeting)
terdapat tahapan-tahapan yang harus dilalui agar anggaran tersebut dapat
digunakan oleh organisasi atau instansi. Tahapan tersebut antara lain:
1. Penentuan pedoman anggaran
Anggaran yang akan dibuat pada
tahun akan datang sebaiknya disiapkan disiapkan bebrapa bulan sebelum tahun
anggaran berikutnya dimulai.
Sebelum penyusunan anggaran,
terlebih dahulu manajemen puncak melakukan dua hal yaitu:
·
Menetapkan rencana besar perusahaan, seperti
tujuan, kebaikan dan asumsi sebagai dasar penyusunan anggaran.
·
Membentuk panitia penyusun anggaran
·
Persiapan anggaran
Dalam persiapan
anggaran bagian-bagian yang terkait dengan anggaran mengadakan rapat untuk
membuat suatu anggaran, dalam pembuatan suatu anggaran ditentukan juga ramalan
penjualan setelah penyusunan ramalan penjualan bagian pemasaran bekerja sama
dengan manajer umum dan manajer keuangan untuk menyusun anggaran :
o
Anggaran Penjualan
o
Anggaran beban penjualan
o
Anggaran piutang usaha
Setelah itu manajer produksi
bekerja sama dengan manajer keuangan dan umum untuk menyusun :
·
Anggaran produksi
·
Anggaran biaya pabrik
·
Anggaran persediaan
·
Anggaran piutang usaha
Anggaran
tersebut dibuat berdasarkan anggaran penjualan yang dibuat ole manajer
pemasaran. Manajer umum bekerja sama dengan manajer keuangan menyusun Anggaran
beban administrasi umum Setelah itu manajer keuangan bekerja sama dengan
manajer lainnya menyusun:
·
Anggaran laba rugi
·
Anggaran neraca
·
Anggaran kas
·
Penentuan anggaran
Pada tahap
penentuan anggaran semua manajer beserta direksi mengadakan rapat kegiatan:
o
Perundingan untuk menyesuaikan rencana akhir
setiap komponen anggaran
o
Koordinasi dan peneelaahan komponen anggaran
o
Pengesahaan dan pendistribusian
o
Pelaksanaan anggaran
Untuk kepentingan pengawasan setiap manajer membuat laporan
realisasi aggaran setelah dianalisis kemudian laporan realisasi anggaran disampaikan
pada direksi.
Penyusunan CashFlow
Laporan arus kas (cash flow)
mengandung dua macam aliran/arus kas yaitu :
1. Cash inflow
Cash inflow adalah aliran uang
yang terjadi dari kegiatan transaksi yang melahirkan keuntungan uang
(penerimaan uang). Aliran uang masuk (cash inflow) terdiri dari:
• Hasil penjualan produk/jasa perusahaan.
• Penagihan piutang dari penjualan kredit.
• Penjualan aktiva tetap yang ada.
• Penerimaan investasi dari pemilik atau
saham bila perseroan terbatas.
• Pinjaman/hutang dari pihak lain.
• Penerimaan sewa dan pendapatan lain.
2. Cash out flow
Cash out flow adalah aliran uang
yang terjadi dari kegiatan transaksi yang mengakibatkan beban pengeluaran uang.
Aliran uang keluar (cash out flow) terdiri dari :
• Pengeluaran biaya bahan baku, tenaga kerja
langsung dan biaya pabrik lain-lain.
• Pengeluaran biaya administrasi umum dan
administrasi penjualan.
• Pembelian aktiva tetap.
• Pembayaran hutang-hutang perusahaan.
• Pembayaran kembali investasi dari pemilik
perusahaan.
• Pembayaran sewa, pajak, deviden, bunga dan
pengeluaran lain-lain.
Laporan aliran uang ini
memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas dari
perusahaan dari suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi
berdasarkan pada kegiatan operasi, investasi dan pendanaan.
Aliran kas yang berhubungan
dengan suatu proyek dapat di bagi menjadi tiga kelompok yaitu:
a) Aliran kas awal (Initial Cash
Flow) merupakan aliran kas yang berkaitan dengan pengeluaran untuk kegiatan
investasi misalnya; pembelian tanah, gedung, biaya pendahuluan dsb. Aliran kas
awal dapat dikatakan aliran kas keluar (cash out flow)
b) Aliran kas operasional
(Operational Cash Flow) merupakan aliran kas yang berkaitan dengan operasional
proyek seperti; penjualan, biaya umum, dan administrasi. Oleh sebab itu aliran
kas operasional merupakan aliran kas masuk (cash in flow) dan aliran kas keluar
(cash out flow).
c) Aliran kas akhir (Terminal
Cash Flow) merupakan aliran kas yang berkaitan dengan nilai sisa proyek (nilai
residu) seperti sisa modal kerja, nilai sisa proyek yaitu penjualan peralatan
proyek.
Time Value of Money dan Tingkatan Suku Bunga
1. Konsep nilai waktu dari uang
Time value of money atau dalam
bahasa Indonesia disebut nilai waktu dari uang merupakan suatu konsep yang
menyatakan bahwa nilai uang pada waktu sekarang akan lebih berharga dari pada
nilai uang pada masa yang akan datang atau suatu konsep yang mengacu pada
perbedaan nilai uang yang disebabkan karena perbedaaan waktu.
Waktu akan meruba nilai uang
dengan sendiri nya tanpa ada aturan tertentu yang mengharuskan perubahan nilai
uang dengan jangka waktu tertentu. Serta seberapa besar perubahan nilai uang
tersebut.
Perubahan nilai uang sering
dibandingkan oleh orang awam sebanding dengan nilai dari bahan- bahan pokok.
Sebut saja seorang ibu rumah tangga sering mengeluhkan semakin mahal nya harga
– harga bahan pokok yang semakin meningkat dan sering pula membandingkan nya
dengan masa sebelum nya.
Contohnya, seorang ibu rumah
tangga pada masa lalu dengan uang sejumlah Rp. 10.000,- dapat membeli berbagai
bahan pokok, tetapi pada masa sekarang dengan uang sejumlah Rp. 10.000,- hanya
dapat membeli satu kilogram beras saja. Atau harga dari satu gram emas pada
masa lalu seharga Rp. 30.000,- per gram tetapi pada masa sekarang harga satu
gram emas dapat mencapai Rp. 100.000,- per gram nya.
Hal tersebut dapat membuktikan
perubahan nilai uang terhadap suatu barang yang bersifat tetap tetapi yang
berubah adalah nilai dari uang tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
nilai uang sejumlah Rp. 10.000,- pada masa lalu akan berbeda dengan nilai uang
Rp. 10 000; sekarang dan akan berbeda pula dengan nilai Rp 10.000,- pada saat sepuluh tahun mendatang. Hal
tersebut sangat mendasar karena nilai uang akan berubah menurut waktu yang
disebabkan banyak faktor yang mempengaruhinya seperti.adanya inflasi, perubahan
suku bunga, kebijakan pemerintah dalam hal pajak, suasana politik, dan lain-lain.
Konsep time value of money ini
sebenarnya ingin mengatakan bahwa jika Anda punya uang sebaiknya -bahkan
seharusnya diinvestasikan, sehingga nilai uang itu tidak menyusut dimakan
waktu. Sebab, jika uang itu didiamkan, ditaruh di bawah bantal, brankas, atau
lemari besi maka uang itu tidak bekerja dan karenanya nilainya semakin lama
semakin turun.
Manfaat time value of money
adalah untuk mengetahui apakah investasi yang dilakukan dapat memberikan
keuntungan atau tidak. Time value of money berguna untuk menghitung anggaran.
Dengan demikian investor dapat menganalisa apakah proyek tersebut dapat
memberikan keuntungan atau tidak. Dimana investor lebih menyukai suatu proyek
yang memberikan keuntungan setiap tahun dimulai tahun pertama sampai tahun
berikutnya.
2. Tingkat Suku Bunga
Tingkat bunga yaitu sebagai harga
dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Pengertian tingkat bunga
sebagai harga ini bisa juga dinyatakan sebagai harga yang harus dibayar apabila
terjadi pertukaran antara satu rupiah sekarang dan satu rupiah nanti.
Jadi tingkat suku bunga merupakan
persentase dari modal yang dipinjam dari pihak luar atau tingkat keuntungan
yang didapatkan oleh penabung di Bank atau tingkat biaya yang dikeluarkan oleh
investor yang menanamkan dananya pada saham.
Menurut teori klasik, bunga
adalah bagian dari penggunaan dana yang tersedia untuk dipinjamkan (Loanable
Fund). Harga ini terjadi di pasar dana investasi, ini terjadi dimana pada
periode waktu tertentu anggota masyarakat memilki kelebihan dari pendapatan
kemudian menabung kelebihan pendapatannya.
Terdapat dua pandangan berbeda
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga (Sukirno, 1994:33)
:
a. Menurut pandangan ahli ekonomi klasik,
tingkat bunga dipengaruhi oleh permintaan atas tabungan oleh para investor dan
penawaran tabungan oleh rumah tangga.
b. Menurut pandangan Keynes, tingkat bunga
dipengaruhi oleh jumlah uang yang beredar dan preferensi liquiditas atau
permintaan uang. Preferensi liquiditas adalah permintaan terhadap uang seluruh
masyarakat dalam perekonomian.
Dalam hubungannya dengan
permintaan uang, tingkat bunga bisa dibedakan menjadi dua yaitu tingkat bunga
dalam negeri dan tingkat bunga luar negeri. Perbedaaan tingkat bunga
diantaranya disebabkan beberapa faktor, yaitu : (Sukirno, 2000:385)
a. Perbedaan resiko, pinjaman pemerintah
membayar tingkat bunga yang lebih rendah dari pada tingkat bunga pinjaman
swasta karena resikonya lebih kecil.
b. Jangka waktu pinjaman, semakin lama waktu
pinjaman semakin besar tingkat bunga.
c. Biaya administrasi pinjaman, pinjaman yang
lebih sedikit jumlahnya akan membayar tingkat bunga yang lebih tinggi.
Dalam realitas sehari-hari
terdapat empat macam suku bunga (Khalwaty, 2000:162) yakni :
a. Suku bunga dasar, yaitu tingkat suku bunga
yang ditentukan oleh Bank Sentral atas kredit yang diberikan kepada perbankan
dan tingkat suku bunga yang ditetapkan bank sentral untuk mendiskonto
surat-surat berharga yang ditarik atau diambil alih oleh Bank Sentral.
b. Suku bunga efektif, yaitu suku bunga yang
sesungguhnya dibebankan kepada debitur dalam jangka waktu satu tahun apabila
suku bunga nominal akan sama dengan nilai suku bunga efektif.
c. Suku bunga nominal, yaitu tingkat suku
bunga yang ditentukan berdasarkan jangka waktu satu tahun.
d. Suku bunga padanan, yaitu suku bunga yang
besarnya dihitung setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, atau setiap tahun
untuk sejumlah pinjaman atau investasi selama jangka waktu tertentu yang
apabila dihitung secara anuitas akan memberikan penghasilan bunga dengan jumlah
yang sama.
Jika tingkat suku bunga dalam
negeri naik, maka permintaan uang akan meningkat. Lain halnya dengan permintaan
uang kuasi. Hubungan antara suku bunga dalam negeri dengan jumlah uang kuasi
adalah positif. Menurut penelitian Boorman (dalam Azis, 2002:24), jika suku
bunga domestik naik maka jumlah uang kuasi akan meningkat apabila faktor lain
tetap (Cateris Paribus). (www.google.co.id).
Hal ini disebabkan karena
masyarakat lebih cenderung menyimpan uangnya di bank sehingga jumlah tabungan
maupun deposito baik rupiah dan valuta asing akan bertambah. Sebaliknya, jika
tingkat suku bunga domestik turun masyarakat cenderung lebih suka menyimpan
uang tunai, ini berarti jumlah uang kuasi akan menurun.
Menurut teori Preferensi
likuiditas (Mankiw, 2003:265): Tingkat bunga disesuaikan untuk menyeimbangkan
permintan dan penawaran untuk aset perekonomian yang palin likuid (uang).
Tingkat bunga salah satu determinan dari beberapa banyak uang yang ingin
dipegang orang.
Tingkat bunga merupakan biaya
oppurtunitas dari memegang uang yang tidak menghasilkan bunga. Ketika tingkat
bunga naik orang-orang ingin memegang lebih sedikit uang. Orang-orang yang
memegang kelebihan jumlah uang yang beredar berusaha mengubah sebagian
diantaranya dari bentuk uang yang tidak menghasilkan bunga menjadi deposito di
bank atau obligasi yang dapat mengasilkan bunga. Untuk menarik kembali dana,
Bank dan penerbit obligasi merespon dengan menaikkan tingkat bunga, dimana orang
akan merasa aman dengan forto folio aset moneter dan aset non moneter mereka
(Mankiw, 2003:266).
Jadi menurut teori preferensi
likuiditas, penurunan jumlah uang beredar menaikkan tingkat bunga, dan kenaikan
jumlah uang beredar menurunkan tingkat bunga. Dengan melakukan kebijakan uang
ketat pemerintah berusaha melakukan pengontrolan terhadap jumlah uang yang
beredar.
Menurut pandangan klasik Keynes
(Nopirin, 2000:90) mendefenisikan tingkat bunga sebagai fenomena moneter.
Artinya tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang
(ditentukan dalam pasar uang). Uang akan berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi,
selama uang mempengaruhi tingkat bunga.
Dari beberapa pendapat dan
pengertian yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat suku
bunga selalu menjadi ukuran bagi masyarakat dalam menentukan preferensinya
antara menabung (saving) atau menginvestasikan dana yang dimilikinya. Namun
pada saat kondisi tingkat suku bunga tinggi, maka hal ini akan mempengaruhi
peredaran uang di masyarakat, karena mereka cenderung untuk menabung sebab hal
ini dapat menguntungkan mereka. Sehingga hal tersebut dapa mengakibatkan uang
yang beredar akan berkurang.
Kriteria Investasi
Kriteria investasi merupakan
indeks-indeks untuk mencari suatu ukuran tentang baik tidaknya atau layak
tidaknya suatu proyek (usaha). Karena itu penentuan layak tidaknya suatu usaha
yang direncanakan akan dilaksanakan atau tidak ditentukan oleh kemungkinan
keuntungan finansial yang dapat diperoleh. Menilai kelayakan usaha adalah cara
yang ditempuh untuk menentukan layak (feasible) tidaknya suatu usaha
dilaksanakan. Pada umumnya, apabila penilaian kelayakan usaha dilakukan dengan
benar dan hasilnya menunjukkan bahwa usaha yang direncanakan itu layak untuk
dilaksanakan, maka pelaksanaannya jarang mengalami kegagalan, kecuali penilaian
kelayakan usaha dilakukan dengan data yang tidak benar dan/atau karena adanya
faktor-faktor yang tidak dapat terkontrol, misalnya terjadi bencana alam.
Ada beberapa kriteria yang biasa
digunakan untuk menentukan kelayakan usaha melalui analisis manfaat finansial.
Dari sekian banyak kriteria tersebut ada empat yang paling banyak digunakan.
Setiap kriteria/indeks menggunakan present value (nilai kini) yang telah
di-discount dari arus manfaat (penerimaan) dan biaya selama umur proyek. Ada
banyak indeks kriteria Investasi yang dapat digunakan. Namun tidak satupun dari
berbagai kriteria tersebut disetujui orang secara universal sebagai yang
bermanfaat di dalam setiap keadaan. Setiap kriteria mempunyai kebaikan serta
kelemahan. Si penilai proyek harus memutuskan kriteria manakah yang paling
tepat digunakan sesuai dengan keadaannya.
Lima kriteria Investasi yang
paling banyak digunakan adalah :
1. Net Present Value (NPV) dari arus manfaat
dan biaya.
2. Internal Rate of Return (IRR)
3. Net Benefit – Cost Ratio (Net B/C)
4. Gros Benefit – Cost Ratio (Gros B/C)
5. Profitability Ratio (PV/K)
Dari lima kriteri tersebut,
ketiga kriteria pertama (NPV, IRR dan B/C) lebih dapat dipertanggungjawabkan
untuk penggunaan-penggunaan tertentu, sedangkan yang kedua terakhir (Gros B/C
dan PV/K) mendapat kritik dari segi teorinnya.
Setiap kriteri tersebut digunakan
untuk menentukan diterima tidaknya (layak tidaknya) suatu rencana proyek yang
diusulkan dipandang dari aspek profitabilitas komersil.
Sumber:
No comments:
Post a Comment